Selasa, 20 Desember 2011

Komunikasi Terapeutik Keperawatan

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan

Menurut Stuart dan Sundeen tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :

1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.

2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah :

1. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Kesadaran diri. 2. Klarifikasi nilai. 3. Eksplorasi perasaan. 4. Kemampuan untuk menjadi model peran. 5. Motivasi altruistik. 6. Rasa tanggung jawab dan etik.

Komponen Komunikasi Terapeutik

Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut :

1. Pengirim : yang menjadi asal dari pesan. 2. Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima. 3. Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan. 4. Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan. 5. Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.

Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.

Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.

Dalam melakukan komunikasi terdapat 4 fase yang harus diperhatikan oleh seorang perawat yang antara lain (Stuart dan Sundeen, 1998.): yaitu fase pra interaksi, fase perkenalan atau orientasi, fase kerja, dan terminasi. Setiap fase ditandai dengan serangkaian tugas yang perlu diselesaikan.

1. Fase pra interaksi.

Pra interaksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.

2. Fase perkenalan atau orientasi.

Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat klien. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerja sama perawat-klien dapat optimal. Tugas perawat dalam hal ini adalah mengeksplorasi pikirana, perasaan, perbuatan klien, dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.

3. Fase kerja.

Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasikan stresor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien, perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian, dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif merupakan fokus fase ini.

4. Fase terminasi.

Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.

Apapun alasannya fase terminasi perawat akan menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasikan dan diekspresikan.

Sikap Komunikasi Terapeutik.

Egan (dikutip oleh Keliat, 1996) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik, yaitu :

1.Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah "Saya siap untuk anda". 2.Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. 3.Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. 4.Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. 5.Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku non verbal. mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal, yaitu :

1.Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara. 2.Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh. 3.Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya. 4.Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki. 5.Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.

Teknik Komunikasi Terapeutik.

Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif yaitu :

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. 2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Hambatan Komunikasi Terapeutik.

Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens. Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.

1. Resisten. Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.

2. Transferens. Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.

3. Kontertransferens. Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.

Komunikasi efektif

Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah satu prinsip dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan. Berikut matrik tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi.

Tujuan Kesulitan

MENDENGAR - Orang sulit memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis maupun terucap untuk waktu yang lama - Orang kurang memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting

MEMAHAMI - Orang memiliki asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya - Orang sering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara - Orang lebih mudah salah mengerti saat mereka mendengar tanpa melihat - Orang sering sudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai bicara.

MENYETUJUI - Orang sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang sedang membujuk mereka - Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah

BERTINDAK - Tidak mudah bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan mereka - Orang merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru - Banyak orang tidak suka mengambil keputusan

UMPAN BALIK - Beberapa orang sering dengan sengaja menyembunyikan reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka pikirkan - Penampilan dapat bersifat memperdaya -anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti, karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan.

Jika menyimak matrik di atas, sebetulnya kesulitan itu biasa dialami dialami oleh penyampai ide maupun penerimanya. Persoalannya bagaimana kita mengatasi kesulitan itu. Komunikasi Efektif Joseph de Vito, pakar komunikasi menyebut ada 5 kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektifitas sebuah komunikasi. Kualitas ini antara lain:

Kualitas Komunikasi Deskripsi Openess Adanya keterbukaan Supportiveness Saling mendukung Positiviness Bersikap positif Emphaty Memahami perasaan orang lain Equality Kesetaraan Namun demikian, yang paling mendasar dalam sebuah kegiatan komunikasi adalah adanya rasa saling percaya. Kalau sudah percaya, biasanya apapun yang dikatakan pastilah diterima! Satu hal lagi, efisiensi. Komunikasi yang efisien adalah komunikasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya. Kualitas komunikator Partisipasi merupakan modal dasar untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif. Karenanya dibutuhkan kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berbagi ide, mengkritik dari semua aspek, mendorong dan merangsang imajinasi, menolak buah pikiran yang kurang tepat, dan mengenal sejak dini solusi yang mungkin bisa diambil. Kualitas komunikator efektif Menilai Orang Tahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain Mendengarkan secara Aktif Berusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain Bijaksana Memberikan kritik secara halus. konstruktif dan hormat Memberikan pujian Menghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan umum Konsisten Mengendalikan suasana riang; memperlakukan sama bagi semuanya: tidak favorit Mengakui kesalahan Kemauan untuk mengakui kesalahan Memiliki rasa humor Mempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak Memberi contoh yang baik Melakukan apa yang diharapkan orang lain Menggunakan bahasa Jelas, Lugas, dan Tepat Kata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung Ketika berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain.

Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah "Know your audience!" – ketahuilah siapa yang Anda ajak bicara. "Seorang komunikator yang dialogis harus mencoba mengenali dan memperkecil kecenderungannya terhadap manipulasi, keegoisan, dan obyektivasi orang lain".Johannessen, R.L., Ethics in Human Communications, 1983

Meningkatkan kemampuan menyimak secara efektif :

- Memberikan perhatian - Memahami komunikasi verbal dan non verbal - Meningkatkan kemampuan dalam memahami symbol verbal dan non verbal dengan menambah referensi pemahaman - Menyimak untuk menganalisa dan mengevaluasi - Meningkatkan keahlian menyimak antarpersonal

Hambatan-hambatan komunikasi yang sering terjadi adalah:

Jenis Hambatan Deskripsi Fisik Hal menyangkut ruang fisik, lingkungan Biologis Hambatan karena ketidaksempurnaan anggota tubuh Intelektual Hambatan yang berhubungan dengan kemampuan pengetahuan Psikis Hambatan yang menyangkut faktor kejiwaan, emosional, tidak saling percaya, penilaian menghakimi Kultural Hambatan yang berkaitan dengan nilai budaya, bahasa, Sebetulnya, kesulitan berkomunikasi yang paling besar berada dalam diri kita sendiri. Kurang yakin, kurang percaya diri, memandang orang lain kurang, lebih mendominasi, apalagi tinggi hati adalah sesuatu yang harus di swicth dan melatih kebalikannya. "Anda akan mampu menyusun pikiran anda dengan lebih mudah dan lebih efektif jika Anda mengingat-ngingat struktur pembicaraan : Apa yang akan dibicarakan, isi pembicaraan dan Apa yang telah anda bicarakan".Larry King, Seni Berbicara, 2003 Ternyata berkomunikasi tidak semudah yang kita bayangkan, upaya terus-menerus harus dilakukan untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Itupun tidak cukup, ketrampilan tersebut perlu di asah terus dan senantiasa mengetahui perkembangan dan wacana mereka. Selamat berkomunikasi, semoga lebih komunikatif! Komunikasi Interpersonal Perawat Yaitu komunikasi langsung antara profesional-profesional dan professional-klien. Komunikasi ini biasanya dalam bentukdialog, meskipun kondisi tertentu juga terjadi secaramonolog. (Mundakir, 2006:17) Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat diketahui langsung balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain." (Arni Muhammad, 2005:159)

Devito (1989) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai berikut: The process of sending and receiving message between two person with some effect and some immediate feedback (Proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik seketika).

Sementara perawat sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi interpersonal, didefinisikan sebagai berikut :

"Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan." ( UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan) "Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan." (Tyalor C Lillis C Lemone) "Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit." (International Council of Nursing tahun 1965)

Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut:

"Keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia."

Komunikasi interpersonal, seperti perilaku yang lain, dapat sangat efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. DeVito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa lima karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal ditinjau dari sudut pandang keperilakuan komunikator terdiri dari:

1.Kepercayaan-diri (confidance) Dalam komunikasi interpersonal, komunikator yang efektif haruslah memiliki kepercayaan diri sosial; di mana seorang komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya.

2.Kebersatuan (immediacy) Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara komunikator dan komunikate sehingga akan tercipta rasa kebersamaan dan kesatuan.

3.Manajemen Interaksi (Interaction Management) Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua belah pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh utama. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam keseluruhan komunikasi.

4.Daya Ekspresi (expressiveness) Daya ekspresi mengacu kepada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi interpersonal.

5.Orientasi kepada Orang Lain (Other Orientation) Orientasi kepada orang lain mengacu pada kemampuan sorang komunikator untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya selama berkomunikasi. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara. (DeVito, 1997:264)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar